Masjid Adalah Ladang Pahala
Tahukah anda? Wahai sahabat muslim dimana pun anda berada? Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak orang berbondong- bondong membangun dan mempermegah masjid. Tetapi yang perlu anda ketahui apakah bangunannya sama bagusnya dengan isinya? Jawabannya tentu tidak, karena realitanya banyak sekali berdiri masjid besar dan megah namun ahli atau orang yang beribadah di dalamnya sangat sedikit sekali. Oleh karena itu kita sebagai kaum muslimin wajib mengingatkan saudara- saudara kita supaya mau masuk masjid apalagi memakmurkannya.
Masjid dahulu merupakan simbol keagamaan bagi orang Islam. Bahkan ketika Islam sudah kuat Nabi membangun masjid Quba' , masjid pertama umat Islam. Pada zaman dahulu masjid digunakan sebagai tempat untuk menuntut ilmu, jadi banyak masjlis ilmu dan majlis ta'lim yang digelar di masjid. Banyak para pemuda pemudi datang dari berbagai daerah yang tinggal di masjid untuk mendalami ilmu agama.
Kemudian disusul masjid kedua yakni masjid Nabawi di Madinah. Dua masjid tersebut dibangun atas dasar ketakwaan. Masjid Nabawi mempunyai peranan antara lain: tempat ibadah, tempat pendidikan, santunan sosial, tempat latihan militer, tempat pengobatan, tempat perdamaian, aula, pusat penerangan dan pembelaan agama.
Kalau dahulu masjid digunakan sebagai asrama/pondokan. Sekarang sudah tidak lagi sebab di zaman modern ini sudah banyak berdiri madrasah, pondok pesantren, asrama yang lebih memadai. Mereka beribadah tetap di masjid, tetapi untuk urusan tidur, makan, mengaji dan beraktivitas mereka menggunakan asrama atau pondok untuk bermukim. Hal itu disebabkan kalau zaman dahulu keadaan masyarakat masih kuat terhadap agama, dan pusat pemerintahan juga berada di masjid.
Masjid sebagai ladang mencari pahala, dilihat dari fungsinya bisa untuk beribadah, kajian Islam, musyawaroh, maulid Nabi, dibaiyah, barjanji dan sebagainya. Maka dari itu kita harus mau beribadah di masjid, walaupun berat. Kita harus menata niat supaya terbiasa salat berjamaah. Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian, jika shalat jamaah kita mendapat pahala 27 derajat, berbeda dengan shalat sendiri kita hanya mendapat 1 pahala. Shalat jamaah, jika imamnya kurang sempurna maka dilihat makmumnya pasti ada yang khusyu', begitu juga sebaliknya jika makmum tidak bisa maka sudah tertutupi dengan bacaan imam sehingga menjadi sempurna.
Masjid banyak dipakai untuk beribadah, mulai shalat, puasa, zakat, musyawarah dan sebagainya. Bahkan ada masjid yang sudah dilengkapi perpustakaan dan ruang belajar al-Quran sendiri, jadi disamping masjid dibangun madrasah khusus untuk anak-anak mengaji al-Quran, belajar ilmu agama mulai nahwu, shorof, tauhid, tafsir, tasawuf, akhlaq, dan sebagainya.
Memakmurkan masjid itu sangat sulit ketimbang mendirikan. Kita bisa mengisinya dengan kegiatan - kegiatan positif misalnya tadarus al-Quran di masjid baik khotmil qur'an maupun hanya membaca beberapa juz secara bin- nadzor. Hal itu sama saja berpahala baik orang yang membaca, mendengar, suka, ataupun menyimak dihadapan Allah adalah sama kemudian memakmurkannya dengan diisi ceramah sehabis sholat maktubah atau istilahnya siraman rohani, biar seimbang antara kebutuhan jasmani dengan rohani. Selain itu bisa mengisinya dengan kegiatan lain seperti yasinan, dibaiyah, sholawat, jumatan, peringatan hari besar Islam dan sebagainya.
Apalagi ketika puasa, banyak ta'jil yang disiapkan untuk orang yang shalat di masjid seperti menu berbuka puasa. Bulan ramadhan adalah bulan yang ditunggu oleh para fakir miskin untuk makan enak dan buka gratis. Begitu banyak jalan untuk mendapat pahala dan ridha Allah swt tapi masih banyak orang-orang yang tidak sadar akan pentingnya ibadah. Sebagai contoh: Banyak orang yang rumahnya dekat dengan masjid tapi tidak pernah berjamaah, bahkan shalatnya setahun sekali ketika idul fitri. Hal yang sangat tragis bukan? Banyak pemuda yang lebih memilih duduk santai di depan tv, atau nongkrong dijalanan dari pada shalat di masjid.
Keadaan dan zamannya berubah, kalau dulu kita masih sering mendengar anak- anak mengaji di masjid, surau, mushola sekarang jarang sekali. Banyak yang mengaji tetapi hanya anak- anak usia tk sampai sd. Setelah masuk usia smp dan smu mereka lebih memilih untuk bermain dan berada dirumah, entah bermain handpone, tv, atau les privat. Jarang sekali kita temukan anak-anak yang mau mengaji sampai usia dewasa, kecuali anak- anak yang dididik oleh orangtuanya ke pesantren. Sungguh kenyataan yang pahit untuk masa depan para pemuda! Hal ini yang perlu kita benahi supaya muncul generasi robbani yang imtaq dan berakhlaqul karimah.
Apalagi sekarang zamannya gadget dan internet banyak anak sekarang tua, muda, besar, kecil kerjaannya nongkrong di depan komputer berjam- jam tidak terasa saking asiknya maen game sampai lupa sholat, makan, sekolah dan sebagainya. Boleh main game tetapi kita harus bisa memenej waktu kapan bermain dan kapan saat serius.
Seperti maqolah:
" Laisal fata man yaqulu hadza abi# Lakinnal fata man yaqulu ha ana dza"
Artinya: seorang pemuda bukanlah yang berkata inilah bapakku, tetapi dia yang berkata inilah aku.
Perumpamaan di atas menggambarkan tentang pemuda yang bisa menunjukkan dirinya, bukan karena orang tuanya kaya, terpandang, berkedudukan tetapi dia yang berusaha sukses dengan usaha sendiri.
Al-Quran banyak menceritakan tentang sejarah, karena sangat penting dalam kehidupan. Ada cerita yang gemilang ada pula cerita yang mengerikan. Semua itu diperuntukkan manusia supaya kita bisa berfikir dan mengambil pelajaran/i'tibar untuk kelangsungan hidup, seperti kota madinah yang dibangun oleh Rasul sebagai pusat peradaban umat Islam ketika itu.
Masjid di Indonesia sangat banyak sekali bahkan di setiap kota/kabupaten pasti mempunyai masjid jami'/besar. Istiqlal di Jakarta, masjid Ampel Surabaya, masjid agung Demak, masjid agung Palembang dan lain lain. Masjid agung palembang adalah salah satu masjid yang dibangun menggunakan nuansa budaya palembang, yakni banyak ukiran di dalam masjid, hiasan pun dibuat dengan ukiran mirip dengan relief candi yang ada pada kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Bala Putra Dewa, karena agama saat itu yang berkembang adalah hindu dan Budha, oleh karena itu budayanya juga beralkuturasi antara agama Islam, Hindu dan Budha menjadi satu.
Kerajaan Sriwijaya dahulu wilayahnya begitu luas mulai selat malaka, singapura, malaysia, thailand dan cina. Tidak heran jika kita menjumpai banyak persamaan bahasa antara negara tetangga dengan negara kita. Mulai dari bahasa, budaya, nyayian juga banyak kita jumpai lagu- lagu melayu di daerah Palembang, Lampung, Riau, Padang, Medan dan lain lain. Misalnya pergi kemana menjadi nak kemane? Atau mampir dulu menjadi singgah dulu. Logat melayu sangat kental di wilayah Sumatra hampir sama dengan negara di Asia Tenggara.
Ketika Islam sudah menyebar luas, maka kebudayaan Islam menyebar ke berbagai daerah misalnya ada tari saman dari Aceh, tari piring dari sumatra, kemudian alat musik rebana juga menjadi tradisi ketika ada upacara adat atau walimahan. Seperti kita ketahui Aceh dahulu dikenal dengan serambi Mekah, karena zaman dahulu banyak yang berguru dan menuntut ilmu ke sana. Bahkan banyak tokoh agama yang terlahir dari sini misalnya Yasin al-falinbani, buya Hamka seorang tokoh tafsir al-Azhar berasal dari sumatera Barat, dan juga banyak aliran thariqah yang lahir di daerah ini. Mengapa dahulu yang paling terkenal agamanya di Aceh? Sebab para wali songo menyebarkan agama Islam lewat jalur laut, jadi daerah daerah yang dekat dengan laut atau pantai maka akan lebih mudah menjangkaunya. Seperti Tuban, Gresik, Demak, Aceh, Jawa barat dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar